Saputra, Fredy Aji (2017) Zakat Batu Mulia Dalam Perspektif Yusuf Qaradhawi. Undergraduate thesis, IAIN Metro.

Preview

PDF FREDY AJI SAPUTRA -1296699.pdf - Other Download (3MB) | Preview

Abstract

Setiap kekayaan yang sudah mencapai nishabadalah wajib dizakati. Batu mulia adalah salah satu komoditi yang memiliki harga cukup tinggi, dan semestinya pemiliknya mengeluarkan zakat batu mulia sebagai zakat mal. Meskipun demikian, menurut fiqh Islam batu-batuan tidak wajib untuk dizakati. Adapunbarang sebangsa permata, seperti intan, berlian, yakut, zamrud dan segala jenis batu mulia, bebas tidak terkena zakat. Kecuali apabila barang-barang tersebut merupakan barang dagangan. Sehingga zakatnya bukan zakat dari jenis benda-benda tersebut melainkan karena benda dagangan yang sudah tentu nilai uang yang diperhitungkan dan sudah sampai satu tahun atau haul.Meskipun demikian ada perbedaan pendapat dikalangan ulama. Oleh sebab itu, penelitian ini akan melihat pandangan Yusuf Qaradhawitentang zakat batu mulia.
Untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian dengan jenis penelitian pustakayang bersifat deskriptif. Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi. Semua data-data yang diperolehkemudiandianalisis dengan content anlysis.
Berdasarkan hasil penelitian, menurut Yusuf Qaradhawi, perhiasan yang berupa mutiara dan batu-batu mulia semacam intan dan sebagainya, Pada dasarnya tidak terkena kewajiban zakat, kecuali untuk disimpan. Pandangan Yusuf Qaradhawi termasuk dalam katagori istinbat lafdzi yaitu menginstinbatkan hukum atau mengambil suatu hukum ditinjau dari segi lafadznya. Yusuf Qaradhawi menjadikan lafadzperhiasan yang kalian dapat memakainya sebagai illat batu mulia tidak dizakati karena hanya sebagai perhiasan dan kesenangan bagi wanita

Actions (login required)

View Item