Efendi, Lukman (2020) Penimbunan Barang Pokok Perspektif Fiqih Muamalah. Undergraduate thesis, IAIN Metro.
|
PDF
SKRIPSI LUKMAN EFENDI_1502090151_HESY_2020..pdf - Other Download (1MB) | Preview |
Abstract
Penimbunan barang dalam bahasa Arab sepadan dengan al-ihtikar, yang secara terminologi berarti perbuatan menimbun, pengumpulan barang-barang atau tempat untuk menimbun.Penimbunan barang adalah membeli sesuatu dengan jumlah besar, agar barang tersebut berkurang dipasar sehingga harganya (barang yang ditimbun tersebut) menjadi naik dan pada waktu harga menjadi naik baru kemudian dilepas (dijual) ke pasar, sehingga mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.Fiqih Islam mengartikan bahwa al-ihtikar bermakna menimbun atau menahan agar terjual.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penimbunan barang pokok dalam perspektif Fiqih muamalah. Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library reseach)dan menggunakan teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan buku-buku, jurnal, dan karya-karya sebelumnya yang berkaitan dengan penimbunan atau ihtikar. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah dokumentasi dan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Semua data-data yang terkumpul tersebut dianalisis dengan cara berfikir deduktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa para ulama fiqh mengharamkan penimbunan barang pada semua jenis bahan makanan dan barang yang pada saat itu dibutuhkan masyarakat. Pengharaman penimbunan pada bahan makanan pokok seperti bahan makanan pokok manusia dan binatang seperti beras, jagung, gandum, dan terigu. Adapun dampak perbuatan penimbunan ini dapat menimbulkan dampak terhadap aktifitas perekonomi masyarakat, yaitu akibatnya akan terjadinya krisis ekonomi seperti mahalnya harga-harga dan kesulitan seseorang untuk mendaptkan bahan-bahan makan pokok maupun bahan-bahan lainya yang di timbun oleh para pedagang. Tidak hanya krisis okonomi akan tetapi krisis moral juga akan terjadi bagi mereka para penimbun karena tidak adanya keperdulian sesamanya mereka hanya mementingkan isi kantongnya sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Apabila pemimpin menjumpai ada seseorang yang menimbun, maka pemimpin berhak memaksa penimbun untuk menjual timbunannya dengan harga yang wajar dan menghukumannya dengan hukuman yang sesuai dengan kesalahannya.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | Hukum Ekonomi Syariah |
Divisions: | Fakultas Syariah > Hukum Ekonomi Syariah |
Depositing User: | Tari Eka Miyanti |
Date Deposited: | 08 Jul 2020 02:42 |
Last Modified: | 08 Jul 2020 02:42 |
URI: | https://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/3487 |
Actions (login required)
View Item |