Kurniawan, Dwi (2021) Pendidikan Multikultural (Studi Komparasi Pemikiran KH. Abdurrahman Wahid dan Buya Hamka). Masters thesis, IAIN Metro.
PDF
TESIS DWI KURNIAWAN (19001842) - PAI.pdf - Other Download (1MB) |
Abstract
Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang sangat penting dan juga memiliki peran yang riskan dalam pendidikan di indonesia yang memiliki masyarakat yang beragam. Menurut KH. Abdurrahman Wahid keberagaman atau pribumisasi merupakan ruh yang terdapat pada masyarakat Indonesia. Sedangan Hamka menyebutkan dalam diri manusia keberagaman berasal dari berbagai unsur yang ada dalam diri yang selanjutnya di kembangkan oleh dirinya. Guna mendapatkan hal yang menjadi poros penting untuk peningkatan pendidikan multikultural maka penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat library research. Yang kemudian direduksi dan di analisis sejarah, analisi konten dan analisis komparasi.
Mengenai hal ini konsep Abdurrahman Wahid dalam Pendidikan Multikultural berpendapat bahwa kebhinekaan budaya yang bermakna positif dapat diwujudkan dengan beberapa sub bagian, salah satunya ialah pendidikan. Sebagai tokoh yang digelari bapak pluralisme-multikulturalisme, dalam salah satu bukunya menjelaskan bahwa pendidikan Islam itu harus beragam selaras dengan budayanya masing masing. Keberagaman dalam pendidikan bukan berarti menyimpang dari tujuan, melainkan suatu usaha untuk menuju tujuan pendidikan melalui metode dan cara yang beragam. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa perbedaan antar manusia dalam bahasa dan warna kulit harus diterima sebagai kenyataan dan berbuat baik berdasarkan kenyataan yang positif, merupakan suatu tanda keagungan Allah yang tidak dapat dipungkiri dan barang siapa yang mencoba mengingkari huku kemajemukan budaya, maka akan timbul disintegrasi dan digeneralisasi, dalam pandangan Buya Hamka bahwa perbedaan merupakan ujung awal daripada terjadinya konflik dalam kehidupan bermasyarakat. Konsep penyatuan dan persamaan buaya Hamka dapat diambil kesimpulan larangan berburuk sangka, larangan mengolok olok, larangan menggunjing atau mengghibah, mengakui persamaan derajat (egaliter), nilai toleransi dan kerukunan.
Dari studi komparatif ini menemukan persamaan yang mana dari kedua konsep menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk memberikan pemahaman tentang keberagaman yang tepat dengan nilai-nilai budaya yang berada dimasing- masing lingkungan dengan tujuan menumbuhkan sikap bersama dalam keberagaman itu sendiri tanpa mengesampingkan nilai nilai keberagaman itu sendiri. Sedangkan perbedaan nya pada konsep Gus Dur yang mana pendidikan Multikultural haruslah ditumbuhkan melalui berbagai macam lembaga baik itu formal maupun non formal yang mana dalam konsep tafsir Buya Hamka lebih menekankan pada pendidikan non formal saja dengan tanggung jawab terletak pada orang tua.
Keyword: Pendidikan Multikultural, KH. Abdurahman Wahid, Buya Hamka, konsep
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | Pendidikan Agama Islam |
Divisions: | Pascasarjana > Pendidikan Agama Islam |
Depositing User: | Siti Ma'ani IAIN Metro |
Date Deposited: | 04 Oct 2021 08:25 |
Last Modified: | 04 Oct 2021 08:25 |
URI: | https://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/4807 |
Actions (login required)
View Item |