Fahrudin, Ahmad (2025) Pernikahan Penderita Disfungsi Seksual Perspektif Al-Ghazālī (Analisis Perspektif Medis dan Maqāṣid As-Syarī’ah). Masters thesis, UIN Jurai Siwo Lampung.
|
PDF
AHMAD FAHRUDIN_2371020022_HKI_2025.pdf Download (5MB) |
Abstract
Latar belakang masalah peneliti dalam melakukan kajian ini adalah karena adanya kegelisahan peneliti berkaitan dengan term pernikahan seseorang yang mengalami disfungsi seksual yang secara fakta telah banyak terjadi dan dikaji tetapi tidak ke ranah metode istinbath hukumnya, terutama perspektif ulama‘ tertentu misalnya al-Ghazālī. Terlebih lagi penelitian perspektif tersebut dianalisis menggunakan teori tertentu misalnya perspektif ilmu medis dan maqāṣid as-syarī‟ah. Kebanyakan Penelitian relevan yang telah dilakukan hanya terfokus pada satu tema tertentu. Hal tersebut menjadikan peneliti ingin menggabungkan ketiga sudut pandang tersebut ke dalam satu penelitian yang komprehensif serta memiliki novelti terhadap tema-tema penelitian sebelumnya.
Pertanyaan penelitian dalam riset ini adalah: 1) Apa pandangan al-Ghazālī terhadap pernikahan seorang penderita disfungsi seksual 2) Bagaimanakah eksistensi argumentasi al-Ghazālī tentang pernikahan seorang penderita disfungsi seksual jika dianalisis menggunakan ilmu medis dan maqāṣid as-syarī‟ah. Adapun untuk mencari jawaban dari pertanyaan penelitian tersebut peneliti menggunakan metode libraryresearch dalam jenis penelitian kualitatif. Selanjutnya peneliti gunakan jenis analisa konten analitis sebagai upaya dalam merumuskan jawaban secara relevan berdasarkan sumber-sumber riset yang valid.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pandangan al-Ghazālī terhadap pernikahan penderita disfungsi seksual sejalan dengan ulamafikih lain, yaitu membolehkan hak khiyar atau fasakh bagi pasangannya. Namun, sebagai seorang uṣūliyyīn, ia menekankan metodologi isti‟lāl (pencarian „illat hukum) dengan membedakan dua dimensi pernikahan: ta‟aqqulīy (rasional) dan ta‟abbudīy (dogmatik). Adapun eksistensi pendapat Imam al-Ghazālī terkait pernikahan penderita disfungsi seksual tercermin dalam pendekatan uṣul fiqh yang sejalan dengan ilmu medis dan teori maqāṣid as-syarī„ah. Secara medis, pernikahan memberi manfaat psikologis dan emosional, namun jika kebutuhan seksual tidak terpenuhikarena disfungsi seksual, maka hal tersebut menjadi alasan rasional untuk pemberian hak khiyar dan fasakh demi mencegah kerugian lebih lanjut. Dalam perspektif maqāṣid, pernikahan memiliki dua dimensi: sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul (ḥifẓ ad-dīn) yang menjaga dari zina, serta sebagai sarana pemenuhan kebutuhan biologis yang sah (istiḥlāl al-farj), yang berkaitan dengan perlindungan jiwa (ḥifẓ al-nafs) dan keturunan (ḥifẓ al-nasl).
Kata kunci: Pernikahan, disfungsi seksual, al-Ghazālī , maqāṣid as-syarī‟ah, medis
| Item Type: | Thesis (Masters) |
|---|---|
| Subjects: | Ahwal Syakhshiyyah Pascasarjana |
| Divisions: | Pascasarjana > Ahwal Syakhshiyyah |
| Depositing User: | Ristiani Ristiani IAIN Metro Lampung |
| Date Deposited: | 28 Aug 2025 10:48 |
| Last Modified: | 28 Aug 2025 10:48 |
| URI: | https://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/11825 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |
![View Item['Plugin/Screen:render_action_img_suffix' not defined] View Item](/style/images/action_view.png)